PRESERVE OUR CORALS Program Transplantasi Karang- WELCOME TO CORALS TRANSPLANTATION SITE "Lestarikan Terumbu Karang - SUPPORT OUR CORALS " BAHARU MINDA BAHARI

Kamis, 15 November 2007

Pengenalan Ekosistem Terumbu Karang

Pulau Abang, November 2007

Pengenalan Terumbu Karang- Tim mengadakan pemutaran film tentang ekosistem terumbu karang. Kegiatan menggunakan alat peraga ini dikarenakan agar memudahkan program pengenalan ekosistem terumbu karang bagi masyarakat. Tidak hanya ibu dan anak, bapak-bapak juga terlihat menontong film tersebut.
Mereka mengetahui bahwa terumbu karang itu berkembang biak dan terumbu karang juga menghasilkan telur layaknya mahluk hidup. Selain itu, masyarakat dapat melihat bahwa di daerah lain seperti Bali masyarakatnya telah melakukan transplantasi karang dan cara penangkapan ikan hias yang ramah lingkungan tanpa menggunakan bahan beracun.
Pemutaran film-film dokumenter ini menjadi salah satu agenda rutin program transplantasi karang. Mengingat kebiasaan masyarakat di sini lebih menyukai tontonan daripada bacaan.

Pengawasan Sumberdaya berbasis Komunitas

Pulau Abang, November 2007

Pengawasan Sumberdaya- Tim bersama kelompok pengawas terumbu karang melakukan simulasi pengawasan dan pencatatan tentang kawasan lindung mereka di Pulau Abang. Kegiatan pengawasan ini juga dalam rangka pengenalan medan dan identifikasi lokasi rencana penanaman karang.
Kegiatan pengawasan dilakukan karena aksi illegal fishing masih terus berlangsung dan pelakunya berada di luar Pulau Abang yaitu dari daerah tetangga di Kecamatan Senayang. Sosialisasi terus dilakukan oleh Pengawas terumbu karang Pulau Abang di daerah sekitar Pulau Abang dan daerah yang berbatasan dengan Kecamatan Senayang.
Pengawas terumbu karang terdiri atas penyelam yang telah mendapat pelatihan tentang materi terumbu karang dan , tekong pengemudi boat, seorang pengamat dan pencatat. Pengawas terumbu karang adalah salah satu komponen dalam pengawasan berbasis masyarakat yang tugasnya melakukan patroli, mencatat serta melaporkan kejadian yang mereka temui saat patroli kepada LPSTK dan aparat penegak hukum lainnya.
Kelompok pengawas terumbu karang inilah yang direncanakan akan melakukan pengawasan berbasis masyarakat dan pencatatan sumberdaya khususnya terumbu karang pada program transplantasi karang.
Pada saat pengawasan dilakukan ada aktivitas masyarakat dari luar Pulau Abang yang hendak mengempang (perangkat tangkap ikan yang menggunakan tuba). Pengawas terumbu karang segera memberi arahan bahwa di lokasi Pulau Abang tidak dapat dilegalkan usaha ini.
Selain aktivitas yang mencurigakan pada saat patroli juga ditemukan sisik (penyu) beberapa ekor di kawasan lindung Pulau Kalo. Menurut pengawas terumbu karang daerah P.Kalo adalah salah satu tujuan penyu yang akan bertelur. Tim memberikan sedikit masukan bahwa penyu termasuk salah satu hewan laut yang dilindungi.
Asistensi yang dilakukan tim kepada pengawas terumbu karang yaitu dengan membantu membuatkan catatan pengawasan yang mudah dan mereka pahami.

Penentuan Lokasi Penanaman Karang

Pulau Abang, Oktober 2007


Diskusi- Penentuan lokasi penanaman karang menjadi salah satu tema diskusi bersama masyarakat di Pulau Abang dan Air Saga. Upaya diskusi bersama tokoh dan masyarakat di dua lokasi tersebut menghasilkan beberapa kandidat lokasi, yaitu :
Pulau Abang :
1. Pulau Ranoh
2. Pulau Nyiur (Pulau Hantu)
3. Terumbu Malang di Pulau Hantu
Air Saga
4. Pasir Buluh- Dapur 6 (lokasi budidaya)
5. Ujung baran
6. Terumbu Elong
dari beberapa lokasi yang diajukan masyarakat tersebut didukung oleh hasil penelitian (Reef Research Inventory) RRI, Laksana Samudera, tahun 2005. Seperti untuk lokasi P.Hantu, Ujung Baran dan P.Ranoh dimana persen karang hidupnya mencapai nilai 40, yang mendukung kawasan tersebut untuk pengambilan indukan. Tentu saja pengambilan indukan ini terbatas dan diawasi tenaga ahli nantinya.

Sosialisasi Program

Pulau Abang, Oktober 2007

Sosialisasi Program -

Sosialisasi di dua lokasi Kelurahan Pulau Abang yaitu RW Air Saga dan RW Pulau Abang.

Tim juga melakukan sosialisasi ke program CBM Coremap II Kota Batam yang memiliki tema yang sama yaitu tentang upaya penyelamatan terumbu karang. Tim berinteraksi dan berdiskusi dengan manajemen dan tenaga lapangan dari beberapa lokasi binaan Coremap II, antara lain Kecamatan Galang, Galang Baru dan Karas. Ini dalam upaya menggali lokasi yang tepat untuk program transplantasi karang. Masukan-masukan tim CBM amat berharga bagi perencanaan tim karena merupakan informasi yang benar dan tepat. Tim juga meminta pengelolaan sarana dan prasarana program dalam satu kantor. Kedua program baik CBM Coremap II maupun Transplantasi Karang merupakan program di bawah pengelolaan Yayasan Laksana Samudera.
Program transplantasi karang memulai kegiatan sosialisasi ke masyarakat di dua lokasi Kelurahan Pulau Abang yaitu RW Air Saga dan RW Pulau Abang. Sosialisasi dilakukan ke RW/ RT, LPSTK (Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang), tokoh masyarakat serta masyarakat Pulau Abang dan Air Saga. Tokoh masyarakat menyambut baik rencana diadakannya program transplantasi karang ini di kampung mereka.
Pada awalnya, masyarakat melalui beberapa orang perwakilan bertanya soal keseriusan program transplantasi karang. Mereka juga belum mengerti tentang program transplantasi karang. Bagi mereka budidaya karang merupakan hal baru bagi mereka. Sebagian ada yang berpendapat bahwa hal tersebut tidak dapat dilakukan karena karang itu batu. Sebagian juga mengatakan bahwa transplantasi karang mungkin dilakukan karena karang seperti tanaman. Sebagian masyarakat ada yang telah mengerti tentang transplantasi karang karena pada tahun 2006 telah diadakan kegiatan penanaman karang.
Beragamnya pemahaman tentang karang ini diakibatkan tidak meratanya sosialisasi dan proses pengalihan pengetahuan antar masyarakat dan kurangnya sosialisasi dari pihak terkait. Masyarakat juga bertanya tentang perlunya dilakukan penanaman karang untuk memperbaiki lokasi-lokasi yang telah rusak. Menurut mereka karang dapat baik dengan sendirinya. Selain itu, ada beberapa lokasi yang menurut mereka hancur karena hempasan gelombang. Program ini bagi mereka sesuatu yang tak pasti. Melalui pertemuan-pertemuan informal dan pengunaan buku-buku peraga akhirnya program mulai dimengerti oleh masyarakat. Selain itu, tim juga menjelaskan tentang keberhasilan beberapa lokasi di Indonesia dalam mengembangkan budidaya karang dan ikan hias. Program transplantasi karang diharapkan dapat menjembatani kesenjangan informasi tersebut.
Selain itu, kegiatan sosialisasi dilakukan dengan membaur dan ikut pada berbagai kegiatan masyarakat seperti memancing ikan, menanam rumpong, membuat bubu dan memasang kelong. Sosialisasi merupakan upaya terus menerus dalam membangun hubungan erat antara masyarakat dengan tim program, menjadi bagian dari masyarakat tersebut.



Galang- November 2007

Program transplantasi karang memulai kegiatan sosialisasi ke pemerintahan yaitu Kecamatan Galang dan Kelurahan Pulau Abang. Tim berhasil menjumpai Z.Effendi sekretaris Camat dan memberitahukan rencana program Transplantasi Karang yang akan diadakan di daerahnya serta meminta dukungan moril bagi pelaksanaan program ini di lokasi. Selain sekcam tim juga berhasil menjumpai Zulkifli, Lurah Pulau Abang, dalam tatap muka dengan Lurah Pulau Abang menyatakan mendukung kegiatan ini dan berharap adanya keterlibatan warga di daerahnya secara aktif pada program ini. Menurut Lurah Pulau Abang selama dia menjabat di Kelurahan Pulau Abang banyak lembaga atau instansi yang tidak melapor keberadaan mereka sehingga apabila terjadi sesuatu hal dia tidak mau bertanggung jawab.
Tim juga mensosialisasikan program kepada Dinas Kelautan Perikanan dan Pertanian (KP2)Kota Batam yang dikepalai oleh Ir. Abang Musni. Tim diterima oleh Staf Dinas KP2 Kota Batam, Adnan. Tim menjelaskan rencana program transplantasi karang dan menawarkan kerjasama dalam upaya penyelamatan terumbu karang di Kota Batam khususnya di Kelurahan Pulau Abang melalui kegiatan transplantasi karang. Selain sosialisasi program tim juga meminta dukungan kerjasama dalam hal kegiatan di lapangan seperti penggunaan alat selam, catamaran dan kerjasama antar program. Dinas KP2 mendukung pelaksanaan program ini di lapangan dan berharap adanya input berharga baik bagi masyarakat maupun dinas KP2. Menurutnya Laksana Samudera selaku pelaksana kegiatan ini telah dikenal oleh Dinas KP2 dan telah banyak melakukan kerjasama dalam pelaksanaan program-program pesisir dan laut.

Transplantasi Karang untuk Peningkatan Kesadaran Masyarakat tentang Terumbu Karang di Pulau-Pulau Kecil Kecamatan Galang Kota Batam

Keadaan Umum Lokasi

Kecamatan Galang, Kota Batam merupakan kecamatan paling Selatan dari gugusan Kepulauan Batam. Kecamatan ini merupakan gugusan pulau yang terdiri dari Pulau Rempang, Galang dan Pulau Galang Baru serta ratusan pulau-pulau kecil lainnya. Pulau ini terhubung secara langsung ke Pulau Batam melalui jalan darat karena adanya Jembatan Barelang (Batam-Rempang-Galang). Jembatan ini merupakan loncatan besar bagi masyarakat setempat yang sebelumnya adalah masyarakat kepulauan sekarang berangsur-angsur menuju masyarakat yang agraris.

Kecamatan dengan penduduk 13.915 jiwa ini memiliki 7 Kelurahan dengan luas daratan 312 kilometer persegi. Kecamatan ini dihuni oleh 3.463 rumah tangga dan kepadatan per kilometer persegi lebih kurang 35 orang. Jumlah perempuan yang berada di kecamatan ini adalah 7.257 orang sedangkan laki-laki 6.658 jiwa.

Kondisi Terumbu Karang

Pulau Rempang, Galang, Galang Baru serta pulau kecil lainnya dikelilingi oleh terumbu karang. Persentase tutupan karang hidup di kawasan ini paling tinggi mencapi 20 – 30 persen pada tempat-tempat tertentu (di sekitar Pulau Petong, Pulau Karas dan Pulau Abang Besar/Kecil). Sebagian besar kondisinya sudah sangat memprihatinkan karena tingkat erosi tanah yang tinggi akibat pembukaan lahan di pulau-pulau besar. Kondisi terumbu karang yang masih dalam kondisi sedang di Kecamatan ini sungguh menarik. Di beberapa tempat ditemukan Blue Coral (seperti di sekitar Pulau Petong). Di pulau-pulau lain koral ini tidak ditemukan karena kondisi lingkungan yang sudah tidak baik.

Ancaman lain terhadap terumbu karang yang masih hidup di Kecamatan ini antara lain adalah pengeboman, pengambilan karang, penangkapan ikan hias dan jaring muroami. Ancaman ini masih berlangsung sampai saat ini walaupun pemerintah sudah melakukan berbagai hal melalui Program COREMAP. Sebagian besar kegiatan merusak itu dilakukan oleh masyarakat tempatan dan masyarakat di sekitar Kecamatan Galang seperti dari Kecamatan Lingga dan Senayang. Dua kecamatan ini juga merupakan kecamatan yang melaksanakan program COREMAP. Karena di kecamatannya para pengebom ikan tidak bisa beroperasi, maka mereka melakukan perluasan ke kecamtan lain.

Salah satu faktor yang mendukung kegiatan merusak ini antara lain adalah mahalnya harga komoditas perikanan. Seperti diketahui bahwa Batam merupakan pusat kegiatan ekspor ikan ke manca negara (Singapura, Hongkong dan lain-lain). Selain itu adalah tingginya biaya hidup di pulau-pulau yang memaksa masyarakat untuk terus mengeksploitasi laut. Ini disebabkan tidak adanya mata pencarian lain yang mereka ketahui selain mencari ikan di laut.

Pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan juga merupakan hal yang mendorong keberlangsungan kegiatan yang merusak lingkungan tersebut. Nilai-nilai luhur yang sebelumnya ada di dalam adat kebiasaan setempat saat ini sudah terkikis. Saat ini hanya beberapa aturan lokal saja yang bisa diterapkan untuk mengatur hal-hal yang menyangkut mencari ikan di laut. Peraturan itu antara lain adalah peraturan jarak antar kelong pantai (kelong penangkap ikan Dingkis) serta kepemilikan kelong tersebut dan aturan tentang tidak boleh berhanyut (mengikut arus) ketika menangkap cumi-cumi menggunakan lampu di malam hari. Peraturan ini lebih untuk menghindari konflik antar nelayan yang jumlahnya semakin banyak dari pada mengatur untuk kepentingan pelestarian lingkungan hidup. Sebelumnya ada aturan tidak boleh menggunakan racun dan bahan peledak untuk menangkap ikan namun ini sudah tidak diikuti lagi oleh masyarakat.


Kondisi Masyarakat

Masyarakat Kecamatan Galang pada dasarnya adalah masyarakat pulau-pulau kecil yang lebih menggantungkan hidupnya pada laut. Hampir seluruh kepala keluarga di kecamatan ini bermata pencaharian sebagai nelayan. Namun dalam perkembangannya, sebagian sekarang mereka mulai beralih menjadi buruh pabrik (145 orang) karena di kecamatan ini terdapat 10 pabrik/industri dalam katagori sedang-besar. Selain itu mereka juga mulai memanfaatkan lahan untuk menjadi lahan pertanian.

Tingkat pendidikan masyarakat di wilayah ini termasuk rendah walaupun di daerah ini sudah ada 24 Sekolah Dasar, 4 SLTP dan 2 SLTA. Namun kendala yang mereka hadapi adalah penduduk desa ini tersebar di pulau-pulau yang kecil sehingga untuk menyekolahkan anak ke luar pulau memakan biaya yang cukup besar.

Masyarakat Kecamatan Galang tinggal pada pesisir pantai dan pulau-pulau kecil membentuk komunitas yang terpisah-pisah satu sama lain dan tidak dihubungkan dengan jalan darat. Hubungan transportasi yang digunakan adalah perahu (pompong) dengan mesin diesel 7 – 12 PK. Beberapa dari masyarakat menggunakan speed boat 25 – 40 PK untuk alat transportasi. Kondisi ini menyebabkan sulitnya proses pengorganisasian masyarakat. Walaupun mereka tinggal dalam satu kelurahan yang sama, namun karakteristik masyarakat sangat berbeda dan dialek bahasa yang mereka gunakan juga berbeda. Masing-masing komunitas memiliki tokoh-tokoh panutan yang berbeda sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali secara keseluruhan masyarakat di Kecamatan Galang.

Pengalaman program COREMAP menunjukkan bahwa kesepakatan-kesepakatan sangat sulit dibangun untuk tingkatan administrasi desa/kelurahan. Masyarakat yang berada di pusat desa tidak bisa mewakili masyarakat yang terpencar dalam komunitas-komunitas kecil. Akibatnya banyak kesepakatan pengelolaan kawasan lindung yang hanya tertulis di atas kertas namun tidak dapat dilaksanakan di lapangan.

Demikian pula untuk melakukan proses penyadaran masyarakat. Terkadang diskusi hanya bisa dilakukan di tingkat desa karena keterbatasan waktu dan biaya. Akhirnya banyak masyarakat yang tidak terjangkau oleh proyek penyadaran masyarakat. Ini berakibat terus berlangsungnya kegiatan-kegiatan penangkapan ikan menggunakan cara-cara yang merusak lingkungan.

Dukungan yang dibutuhkan untuk menyelamatkan karang

Saat ini dukungan dari GEF yang dibutuhkan untuk menyelamatkan karang di Kecamatan Galang adalah dukungan untuk peningkatan kesadaran masyarakat yang berada di komunitas-komunitas terpencil di pulau-pulau kecil. Disamping itu perlu menggali sumber-sumber ekonomi produktif lain yang ada di wilayah ini untuk mendampingi mata pencaharian utama mereka sebagai nelayan. Tentunya ini dengan dukungan pendanaan usaha kecil yang berkelanjutan.

Program COREMAP telah bekerja di Kecamatan ini mulai tahun 2004 dan belum mendapatkan hasil yang optimal. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya terumbu karang bagi kehidupan mereka. Kelemahan ini disebabkan karena proyek penyadaran masyarakat belum sampai ke komunitas-komunitas kecil yang tersebar di Kecamatan Galang. Selain itu banyak masyarakat yang buta akan biologis dari karang. Banyak masyarakat yang belum pernah melihat bagaimana kehidupan di dalam laut dan proses-prosesnya. Inilah yang dikatakan “tak kenal maka tak sayang”.

Selain itu ketidakmampuan masyarakat untuk memulai mata pencaharian lain sebagai alternatif dari mata pencaharian yang merusak lingkungan. Beberapa lokasi di Kecamatan ini sudah menerapkan mata pencaharian alternatif, namun belum menjawab karena tingkat keberhasilan yang rendah dan menghasilkan dalam waktu lama (memelihara ikan di keramba membututuhkan waktu 6 bulan). Sangat berbeda dengan kegiatan mencari ikan yang langsung mendapatkan hasil dalam waktu singkat.

Beberapa kawasan perlindungan laut sudah dicanangkan oleh masyarakat dengan fasilitasi dari COREMAP namun belum sepenuhnya dipatuhi karena belum merupakan kesepakatan dari seluruh masyarakat.

Bahwa adanya program perlindungan dan rehabilitasi terumbu karang sering dianggap sebagai ancaman bagi masyarakat (terutama para pelaku perikanan merusak) daripada sebuah solusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Akhirnya masyarakat cenderung untuk menghindar dari program ini karena takut akan ancaman kehilangan pekerjaan maupun ancaman masuk penjara.

Dukungan Kebijakan

Kebijakan yang tertera di Rencana Umum Tata Ruang Kota Batam pada dasarnya sangat mendukung kegiatan konservasi laut. Kawasan Perairan Kecamatan Galang merupakan kawasan yang telah diplotkan menjadi kawasan konservasi. Kebijakan ini juga diperkuat dengan dilaksanakannya program COREMAP di sekitar Kecamatan Galang oleh Dinas Perikanan dan Kelautan.

Untuk tingkat provinsi, program ini sendiri telah mendapat porsi cukup besar di Provinsi Kepulauan Riau. Pemerintah Kepri telah mengalokasikan 5 persen APBD Provinsi untuk melaksanakan program COREMAP baik di Kota Batam, Kabupaten Bintan, Lingga dan Natuna. Namun kembali lagi ke persoalan pelaksanaan di lapangan. Persoalan utama adalah penegakan hukum yang lemah atas pelanggaran-pelanggaran hukum lingkungan hidup. Para penegak hukum belum mampu melaksanakan tugasnya untuk mendukung kelestarian dan upaya-upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat.

Transfer knowledge for coral

Date:Thu, 8 Nov 2007 03:12:35 +0000 (GMT)
From:"dedu dadi"

Subject: Re: How do You do
To:"Ferdinand Cruz"

Dear ferdinand,
It is nice to hear that u said we are a team. I hope so. No one can live alone on this planet as a socio species. we open to build a friendship.
But i want to tell u that i've not enough good in English. Btw, i still love my indonesia because this is my native language n i still life in this country.
We have same idea about the theme to build micro enterprise as entry point ur said "is base on micro-enterprise as an entry point. We believe that creating a positive economic condition would make the program being introduced sustainable and will not need cosmetic application to make it look artificially good". As youth we totally express our idea to this thing we have a lot if idea that we wish God bless us to do them.
Btw modern era have ever made us to become a "consumtive" person. I wish become a wise person but who knows n who can stop it, could we ?.
We are wish for every action will we do next is a long road to fulfill our organization mission such as to prosperous local community to build their own sustainable bussiness. We are only somebody who give a motivation, push to do the wise things on. We are no thing. We are only a drop of water in ocean "kami hanyalah Laksana setitik air masuk ke dalam samudera".
About the recruitment we are very need it such as about the trainer n also training for trainer. But there is also a problem how we can pay them ?. How we can "memfasilitasinya" in the middle of small budget for our action for this project.
Thanks to ur attention. we hope we can discuss a lot next time.


my regards,

andre
Coral Transplantation Program manager

Peta Lokasi Program Transplantasi Karang

Belajar Yok tentang Karang

Setitik air masuk ke dalam Samudera

"Buat rekan-rekan yang mumpuni di bidang karang maap saya terinspirasi dari kalian toek belajar dan harapannya semua yang membaca dapat saling belajar", dree